Music Player

Selasa, 25 Maret 2014

Human Philosophical Reflections 1: Greece and Rome Philosophy, Changing Concepts of the Body, and the Games

5. Boethius +/- 480 - 524/5

  Gambar 1.1
http://www.philosophers.co.uk/boethius.png
Sumber : http://www.philosophers.co.uk/boethius.png
      Sementara Ps. Dyorisius menyalurkan unsur-unsur spekulasi neo-Platonis ke awal Abad Pertengahan, khususnya di dalam diri John Scotus Eriugena, Boethius memperkenalkan pengetahuan Aristoteles, sekurang-kurangnya mengenai logikanya, ke awal Abad Pertengahan.
     Ajaran-ajaran pokok Aristoteles sangat menonjol di dalam tulisan-tulisan Boethius. Misalnya di dalam karya teologisnya melawan Eutyches, Boethius berbicara mengenai "materia", yaitu substrat (bahan) umum dari benda berjasad, yang merupakan dasar yang memungkinkan perubahan.[5] Demikian pula di dalam De Trinitate, Boethius berbicara mengenai forma, yang merupakan pasangan dari materia. Di dalam buku yang sama Boethius menyebutkan 10 kategori Aristoteles.[6] Dia menjelaskan bahwa bila kita menyebut Allah "substansi", kita tidak memaksudkan bahwa Dia merupakan substansi di dalam pengertian yang sama dengan bilakita menyebut ciptaan substansi.
     Di dalam ajarannya mengenai Trinitas, Boethius sangat tergantung dari Agustinus. Tetapi di dalam De Corsolatione Philophiae, ia memperkembang suatu teologi natural berdasar garis-garis Aristoteles. Maka secara implisit dia membedakan antara teologi natural dan teologi domatik yang menerima premis-premisnya dari perwahyuan. Dia juga menyinggung argumen ilmiah bagi keberadaan Allah sebagai Penggerak Pertama Yang Tergerak (Primum Movens Immobile) dan mengenai kesulitan mendamaikan kebebasan manusia dengan kemaha-tahuan Allah. Namun Boethius tidak hanya meminjam ajaran Aristoteles, tetapi juga Porphyry dna penulis-penulis neo-Platonis yang lain, dan juga Cicero.
      Dengan demikian Boethius sangat penting karena : pertama, dialah yang menyalurkan sebagian besar ajaran Aristoteles ke Abad Pertengahan. Kedua, penggunaan kategori filsafat untuk teologi membantu perkembangan teologi saat itu, sedangkan penggunaan istilah serta definisi-definisi filsafat sangat berguna bagi teologi dan filsafat. Ketiga, komposisi komentar-komentarnya sangat penting, karena metode penyajiannya menjadi popular dan kesayangan di antara penulis-penulis Abad Pertengahan. Meskipun sebagai filsuf yang orisinil dan merdeka mungkin dia tidak menonjol, tetapi Boethius penting sebagai penyalur dan filsuf yang mencoba mengekspresikan ajaran Kristen dengan istilah-istilah yang ditarik bukan hanya dari para neo-Platonis, tetapi juga dari filsuf yang akan memainkan peranan sangat dominan bagi tercapainya masa kejayaan Abad Pertengahan.

II. MASA AWAL ABAD PERTENGAHAN: ABAD VIII - XII

1. John Scotus Eriugena +/- 810 - 877

Gambar 1.2
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj2dqas4TTs4TjTMefoQWbDH-7RHrsqkTvKXILi5qJeU51He_hT5gO5Ay5JU3yaA4xVX18gUzqjPLvmNBxb6dQaQuRBXFCLaqBm1y-wrDn2vTUP4KrmX3MAQrsYk4jvMUMxXGeN2DYI-mt3/s400/images.jpg
Sumber : https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj2dqas4TTs4TjTMefoQWbDH-7RHrsqkTvKXILi5qJeU51He_hT5gO5Ay5JU3yaA4xVX18gUzqjPLvmNBxb6dQaQuRBXFCLaqBm1y-wrDn2vTUP4KrmX3MAQrsYk4jvMUMxXGeN2DYI-mt3/s400/images.jpg
        John Scotus merupakan fenomen istimewa di abad IX, karena sistem filsafatnya. Sementara abad ini diwarnai oleh semangat belajar yang tinggi, spekulasi orisinil merupakan hal yang langka. Maka munculnya John Scotus terasa mendadak tanpa peringatan atau persiapan oleh jamannya.
        Tidak banyak diketahui mengenai hidup John Scotus. Ia dilahirkan di Irlandia sekitar tahun 810. Pada tahun empatpuluhan ia menyeberang ke Perancis. Yang jelas ia hadir di istana Charles Botak pada tahun 850 sebagai pejabat tinggi di sekolah istana. Di dalam bukunya yang paling penting, yaitu De Divisione Naturae yang ditulis pada tahun 862, ia menjelaskan apa yang dimaksud dengan "kodrat", yakni keseluruhan hal yang ada dan yang tidak ada, dan ia memberikan macam-macam cara untuk mengadakan pembagian umum ini. Misalnya, hal yang ditangkap oleh indera atau terselami oleh akal adalah hal-hal yang ada, sedangkan objek yang melampaui kemampuan yang belum teraktualisasikan, tidaklah berada, sedangkan objek yang telah berkembang melewati tahap benih disebut berada. Atau lagi, objek yang hanya menjadi objek budi dapat disebut berada, tetapi objek yang materiil, terikat pada ruang dan waktu dan bisa larut, disebut tidak berada. Juga, kodrat manusia, bila dilihat sebagai terasing dari Allah karena dosa bisa disebut tidak berada, sedangkan bila didamaikan kembali dengan Allah berkat rahmat, mulai ada lagi.
         "Kodrat", bagi Eriugena, tidak hanya terbatas pada dunia natural, tetapi juga termasuk Allah dan keadaan supernatural sebagai bagiannya. Jadi kodrat meliputi semua realitas. Eriugena membagi kodrat dalam empat spesies: Natura Increata Creans, Natura Creata Creans, Natura Creata Non Creans, dan Natura Nec Creata Nec Creans.

5 terdapat dalam Contra Eutyches
6 kesepuluh kategori tersebut adalah: substansi, kuantitas, kualitas, relasi/hubungan, tempat, waktu, posisi, kondisi, tindakan, dan kepasifan.

Daftar Pustaka:
1. http://www.philosophers.co.uk/boethius.png (diunduh tanggal 25 Maret 2014 dari www.philosophers.co.uk)
2. https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj2dqas4TTs4TjTMefoQWbDH-7RHrsqkTvKXILi5qJeU51He_hT5gO5Ay5JU3yaA4xVX18gUzqjPLvmNBxb6dQaQuRBXFCLaqBm1y-wrDn2vTUP4KrmX3MAQrsYk4jvMUMxXGeN2DYI-mt3/s400/images.jpg (diunduh tanggal 25 Maret 2014 dari pkdreligion.blogspot.com)

2 komentar:

  1. terima kasih ya arfiany artikelnya sangat menarik dan sangat membantu. penyusunan kalimatnya sudah sangat bagus dan terpadu.
    nilai : 87

    BalasHapus
  2. Afi postingnya sudah cukup bai, gambar dan penjelasannya juga sudah bagus, ditambah refrensi yang jelas. Nilai 90.

    BalasHapus