Suku Palembang, atau Orang Palembang, adalah salah satu
masyarakat adat yang menempati kota Palembang provinsi Sumatra Selatan.
Suku Palembang memenuhi lebih dari setengah penduduk kota Palembang.
Suku Palembang dalam kehidupan mereka terdiri dari 2 kelompok yang membedakan strata sosial mereka, yaitu:
- kelompok Wong Jeroo, adalah keturunan bangsawan/hartawan dan stausnya berada setingkat di bawah orang-orang Istana dari Kerajaan Palembang, pada masa lalu yang berpusat di Palembang,
- kelompok Wong Jabo, adalah rakyat biasa.
Bahasa
Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat Palembang berbicara dengan menggunakan bahasa Melayu Palembang. Bahasa ini menggunakan dialek "o" pada akhir kata. Bahasa Melayu Palembang mirip dengan bahasa Melayu Riau dan bahasa Melayu Malaysia. Bahasa Palembang memiliki 2 dialek bahasa yaitu baso Palembang Alus (dipergunakan ketika sedang berbicara dengan pemuka masyarakat, orang-orang tua, orang yang dihormati, dan juga pada upacara adat) dan baso Palembang Sari-Sari (dipergunakan ketika sedang berbicara dengan teman, saudara, dan lain-lain). Baso Palembang Sari-Sari merupakan campuran dari baso Palembang dengan bahasa Indonesia.
Tempat Tinggal
Sebagian besar masyarakat Palembang bertempat tinggal di rumah yang dibangun di atas permukaan air. Ini dikarenakan pada zaman terdahulu, Palembang adalah wilayah yang sebagian besar terdiri dari sungai. Rumah adat suku Palembang disebut rumah Limas.
Figure 1.1 Rumah Limas |
Mata Pencaharian
Mata pencaharian penduduk Palembang sebagian besar sebagai petani, nelayan, dan pedagang. Para pedagang biasa menjajakan dagangannya diatas perahu di sungai Musi, mereka biasanya menjajakan sayuran. Sungai Musi juga merupakan tempat dimana sebagian nelayan mencari ikan untuk dimakan atau dijual.
Makanan
Banyaknya jumlah ikan di laut menjadikan ikan sebagai komponen utama pada masakan khas Palembang. Hal ini juga yang menyebabkan masyarakat Palembang mengkreasikan olahan masakan untuk dimakan, oleh sebab itu orang Palembang sangat pintar dalam mengolah ikan. Makanan khas Palembang paling populer yang berbahan dasar ikan adalah pempek, lenggang, dan tekwan. Mayoritas masyarakat Palembang menyukai masakan yang memiliki rasa asam dan masakan yang diolah menjadi pindang, misalnya Pindang Ikan Patin. Sambal buatan orang Palembang juga berbeda dengan yang dibuat oleh orang dari etnis lain, mereka biasanya membuat sambal mangga atau sambal nanas untuk dijadikan sebagai pelengkap untuk makan.
Figure 1.2 Makanan khas Palembang yaitu pempek |
Seni
Sejarah tua Palembang serta masuknya para pendatang dari wilayah lain,
telah menjadikan kota ini sebagai kota multi-budaya. Sempat kehilangan
fungsi sebagai pelabuhan besar, penduduk kota ini lalu mengadopsi
budaya Melayu pesisir, kemudian Jawa. Sampai sekarang pun hal ini bisa
dilihat dalam budayanya. Salah satunya adalah bahasa. Kata-kata seperti
"lawang (pintu)", "gedang (pisang)", adalah salah satu contohnya.
Gelar kebangsawanan pun bernuansa Jawa, seperti Raden Mas/Ayu.
Makam-makam peninggalan masa Islam pun tidak berbeda bentuk dan
coraknya dengan makam-makam Islam di Jawa.
Kesenian yang terdapat di Palembang antara lain:
- Kesenian Dul Muluk (pentas drama tradisional khas Palembang)
- Tari-tarian seperti Gending Sriwijaya yang diadakan sebagai penyambutan kepada tamu-tamu dan tari Tanggai yang diperagakan dalam resepsi pernikahan
- Lagu Daerah seperti Melati Karangan, Dek Sangke, Cuk Mak Ilang, Dirut dan Ribang Kemambang
- Rumah Adat Palembang adalah Rumah Limas dan Rumah Rakit
Selain itu Kota Palembang menyimpan salah satu jenis tekstil
terbaik di dunia yaitu kain songket. Kain songket Palembang merupakan
salah satu peninggalan Kerajaan Sriwijaya dan di antara keluarga kain
tenun tangan kain ini sering disebut sebagai Ratunya Kain. Hingga saat
ini kain songket masih dibuat dengan cara ditenun secara manual dan
menggunakan alat tenun tradisional. Sejak zaman dahulu kain songket
telah digunakan sebagai pakaian adat kerajaan. Warna yang lazim
digunakan kain songket adalah warna emas dan merah. Kedua warna ini
melambangkan zaman keemasan Kerajaan Sriwijaya dan pengaruh China di
masa lampau. Material yang dipakai untuk menghasilkan warna emas ini
adalah benang emas yang didatangkan langsung dari China, Jepang dan
Thailand. Benang emas inilah yang membuat harga kain songket melambung
tinggi dan menjadikannya sebagai salah satu tekstil terbaik di dunia.
Selain kain songket, saat ini masyarakat Palembang tengah giat
mengembangkan jenis tekstil baru yang disebut batik Palembang. Berbeda
dengan batik Jawa, batik Palembang nampak lebih ceria karena menggunakan
warna - warna terang dan masih mempertahankan motif - motif
tradisional setempat.
Kota Palembang juga selalu mengadakan berbagai festival setiap tahunnya
antara lain "Festival Sriwijaya" setiap bulan Juni dalam rangka
memperingati Hari Jadi Kota Palembang, Festival Bidar dan Perahu Hias
merayakan Hari Kemerdekaan, serta berbagai festival memperingati Tahun
Baru Hijriah, Bulan Ramadhan dan Tahun Baru Masehi. (Firdaus)
Tempat Wisata
Di Palembang banyak terdapat tempat wisata yang bisa dikunjungi bersama keluarga atau teman-teman ketika liburan. Berikut adalah beberapa tempat wisata terkenal yang ada di Palembang :
1. Jembatan Ampera
Figure 1.3 Jembatan Ampera pada malam hari |
Dari atas Jembatan Ampera, kita bisa melihat perahu-perahu kecil yang berlalu-lalang di sekitar Sungai Musi, lampu-lampu dari sekitar jembatan dan sungai yang indah pada malam hari, disekitar sungai juga terdapat rumah-rumah penduduk yang terletak diatas air. Akan lebih seru jika Anda berkunjung kesini pada malam hari sambil menikmati makan malam di tempat makan yang banyak tersedia di pinggir sungai Musi.
2. Benteng Kuto Besak
Figure 1.4 Tampak depan Benteng Kuto Besak |
Saat ini, bangunan ini ditempati oleh Kodam Sriwijaya.
3. Pulau Kemaro
Figure 1.5 Pagoda yang terdapat di Pulau Kemaro |
Pulau Kemaro adalah sebuah pulau yang terletak di daerah industri yakni di antara Pabrik Pupuk Sriwijaya, Pertamina Plaju, dan Sungai Gerong. Di pulau ini terdapat beberapa tempat wisata yang dapat dikunjungi, diantaranya adalah Pagoda berlantai 9, Klenteng Hok Tjik Rio, kuil Buddha, Makam Putri Siti Fatimah, dan Makam Pangeran Tan Bun An. Pulau Kemaro ini juga disebut sebagai Pulau Jodoh.
4. Masjid Cheng Hoo
Figure 1.6 Masjid Cheng Ho |
Masjid Cheng Ho (nama aslinya adalah Masjid Al Islam Muhammad Cheng Hoo Sriwijaya Palembang) adalah sebuah mesjid yang terletak di Jakabaring, Palembang. Masjid ini adalah masjid bernuansa Muslim Tionghoa yang didirikan atas prakarsa tokoh masyarakat Tionghoa di Palembang, dan para sesepuh, penasehat, serta pengurus Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) Sumsel.
Masjid ini mampu menampung 600 jamaah. Masjid ini dibangun di atas tanah seluas 5000 meter persegi. Masjid ini tidak memiliki pembatas antara laki-laki dengan perempuan, laki-laki beribadah di lantai 1 dan perempuan beribadah di lantai 2. Masjid ini memiliki sebuah rumah kecil untuk imam, sebuah perpustakaan, sebuah kantor, dan satu ruang serbaguna.
Masjid ini mampu menampung 600 jamaah. Masjid ini dibangun di atas tanah seluas 5000 meter persegi. Masjid ini tidak memiliki pembatas antara laki-laki dengan perempuan, laki-laki beribadah di lantai 1 dan perempuan beribadah di lantai 2. Masjid ini memiliki sebuah rumah kecil untuk imam, sebuah perpustakaan, sebuah kantor, dan satu ruang serbaguna.
Agama
Agama mayoritas di Palembang adalah Islam. Selain itu terdapat pula penganut Katolik, Protestan, Hindu, Buddha dan Konghucu.
Kesimpulan
Setiap daerah tentu memiliki budaya, tradisi, dan ciri khas lain yang menjadikan daerah tersebut berbeda dengan daerah lain, begitu juga dengan Palembang. Palembang memiliki beberapa ciri khas dari berbagai segi, seperti makanan, rumah adat, dan seni. Daya tarik lain yang menarik perhatian masyarakat dalam maupun luar negeri adalah tempat wisata-nya, yang bukan sekedar tempat berwisata namun juga memiliki nilai sejarah dan agama.
Refleksi
Saya memiliki darah Palembang dalam diri saya. Ayah saya lahir dan besar di Palembang, bertempat tinggal tidak jauh dari Jembatan Ampera. Dari tulisan saya diatas, ada beberapa yang sudah pernah saya alami diantaranya :
1. Saya pernah berwisata ke Jembatan Ampera. Pada waktu itu, saya berkunjung di malam hari, pemandangan sekitar sangat indah. Lampu-lampu kota dengan berbagai macam warna menghiasi sekitar jembatan Ampera dan Sungai Musi. Disekitar sungai Musi juga banyak pedagang kaki lima yang menjual makanan dan minuman. Kita juga bisa menikmati semilir angin malam Palembang dengan berkeliling di sekitar sungai Musi menggunakan kapal getek, saat itu harga sewanya sekitar 20.000/30 menit. Di dekat Sungai Musi terdapat satu restoran bernama restoran Pak Raden, restoran ini menyediakan makanan khas Palembang dan menyuguhi pemandangan langsung menghadap suasana kota Palembang.
2. Seperti yang sudah dibahas diatas, rumah limas merupakan rumah sebagian besar masyarakat Palembang. Begitu juga keluarga saya yang tinggal disana, sebagian besar sanak saudara saya bertempat tinggal di rumah limas, tapi bukan dibangun di atas air. Ketika saya memasuki rumah jenis rumah limas ini, temperatur sekitar terasa dingin (tidak sesak) karena rumah ini terbuat dari kayu.
3. Jika di tempat-tempat lain teknik mengonsumsi pempek adalah mencampurkan kuah cuka dengan pempek, berbeda dengan teknik sebenarnya. Mungkin banyak dari Anda yang tidak mengetahui bahwa teknik mengonsumsi pempek yang "benar" adalah tidak mencampurkan kuah cuka dengan pempek. Berikut adalah cara mengonsumsi pempek:
1.Sebelum Anda mengonsumsi pempek, tuanglah kuah cuka kedalam sebuah mangkuk berukuran kecil
(seukuran cangkir kopi)
2. Ambil sepotong pempek dan gigitlah
3. (sebelum pempek ditelan) minumlah secukupnya kuah cuka yang sudah dituangkan kedalam mangkuk
4. Lakukan seterusnya hingga pempek habis.
Teknik diatas dilakukan oleh sebagian masyarakat asli Palembang dengan alasan menjaga kesegaran kuah cuka pempek.
Daftar Pustaka
Sumber Utama :
1. Karno, Y. (2013, Mei 05). Suku asli palembang "wong kito". Retrieved from http://yantiwidyakarno.blogspot.com/2013/05/suku-asli-palembang-wong-kito.html (diambil dan disarikan dari yantiwidyakarno.blogspot.com pada tanggal 16 Maret 2014)
Sumber Lain :
1. Firdaus, K. A. (n.d.). Kebudayaaan palembang. Retrieved from http://kahfiehudson.blogspot.com/2011/06/pengertian-budaya.html (diambil dan disarikan dari kahfiehudson.blogspot.com pada tanggal 16 Maret 2014)
2. Suku palembang. (n.d.). Retrieved from http://kebudayaanindonesia.net/id/culture/978/suku-palembang (diambil dan disarikan dari kebudayaanindonesia.net pada tanggal 16 Maret 2014)
3. Suku palembang. (n.d.). Retrieved from http://protomalayans.blogspot.com/2012/07/suku-palembang.html (diambil dan disarikan dari protomalayans.blogspot.com pada tanggal 16 Maret 2014)
4. Jembatan ampera. (n.d.). Retrieved from http://id.wikipedia.org/wiki/Jembatan_Ampera (diambil dan disarikan dari id.wikipedia.org pada tanggal 2 April 2014)
5. Benteng kuto besak. (n.d.). Retrieved from http://id.wikipedia.org/wiki/Benteng_Kuto_Besak (diambil dan disarikan dari id.wikipedia.org pada tanggal 2 April 2014)
6. Pulau kemaro. (n.d.). Retrieved from http://id.wikipedia.org/wiki/Pulau_Kemaro (diambil dan disarikan dari id.wikipedia.org pada tanggal 2 April 2014)
7. Masjid cheng ho. (n.d.). Retrieved from http://id.wikipedia.org/wiki/Masjid_Cheng_Ho_Palembang (diambil dan disarikan dari id.wikipedia.org pada tanggal 2 April 2014)
7. Masjid cheng ho. (n.d.). Retrieved from http://id.wikipedia.org/wiki/Masjid_Cheng_Ho_Palembang (diambil dan disarikan dari id.wikipedia.org pada tanggal 2 April 2014)
Sumber Gambar :
1.http://kkcdn-static.kaskus.co.id/images/2013/01/25/3541005_20130125085259.jpg
(diunduh dari kaskus.co.id pada tanggal 2 April 2014)
2.http://www.indonesia.travel/public/media/images/upload/poi/benteng%20kuto%20besak.jpg
(diunduh dari www.indonesia.travel pada tanggal 2 April 2014)
3.http://baksokagetbks.files.wordpress.com/2011/03/img0062a.jpg
(diunduh dari wordpress.com pada tanggal 2 April 2014)
4.http://bimg.antaranews.com/sumsel/2012/07/ori/masjid_cengho-feny.jpg
(diunduh dari antaranews.com pada tanggal 2 April 2014)
Wah lengkap dan sangat bermanfaat sekali postnya jadi kita dapat lebih mengetahui tentang palembang! Nilai 90 ya;)
BalasHapusterima kasih atas komentar dan nilainya, Dea! :))
BalasHapusKarena saya juga orang Palembang, artikelnya sangat menarik buat saya. Bagus dan jelas sekali, dapat menambah pengetahuan tentang kebudayaan etnis saya sendiri. Nilainya 90!
BalasHapusterima kasih komentarnya thania :) salam wong kito galo!
HapusArtikel yang sangat lengkap dan menarik. Dengan gambar-gambar yang bagus jadi enak membacanya. Terlebih lagi saya dekat dengan budaya Palembang karena ibu saya dari sana. Nilai 90
BalasHapusTerima kasih angga atas komentarnya :)
HapusHai afi, isinya menarik ni, dilengkapi dengan fto. nilainya 85. truskan iaa :D
BalasHapusterima kasih yobiii :))
Hapuswiii artikelnya sangat bagus dan lengkaap. isinya juga menarik dan sangat menambah pengetahuan. nilai : 90
BalasHapushehehe terima kasih evaa komentarnya!! Semoga bermanfaat yaa :)
HapusPostingan nya menarik, lengkap juga. Nilai 90 ;)
BalasHapusterima kasih yolaa! :D
HapusSangat suka dengan artikel nya, saya jadi lebih tahu tentang Palembang karena saya bukan dari asli Palembang jadi saya banyak mendapat ilmu yang saya tidak tahu :) Nilai : 90
BalasHapusterima kasih atas komentarnya, Diva! :))
Hapus